Profil Desa Banyusari

Ketahui informasi secara rinci Desa Banyusari mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Banyusari

Tentang Kami

Profil Desa Banyusari, Kecamatan Tegalrejo, Magelang. Jelajahi model pertanian terpadu yang sinergikan sawah dan ternak di tepian subur Sungai Elo, serta potensi ekonomi, data demografi, dan inovasi yang mendorong kemandirian desa agraris ini.

  • Pusat Pertanian Terpadu Sawah-Ternak

    Desa ini menjadi model pengembangan sistem pertanian terpadu yang mengintegrasikan budidaya padi dengan peternakan sapi, menciptakan siklus produksi yang efisien dan ramah lingkungan.

  • Lahan Subur di Daerah Aliran Sungai Elo

    Berkah kesuburan tanah aluvial di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Elo menjadi fondasi utama bagi produktivitas sektor pertanian yang menjadi tulang punggung ekonomi desa.

  • Inovasi Ekonomi Berbasis Sumber Daya Lokal

    Masyarakatnya secara inovatif mengolah seluruh sumber daya yang ada, dari hasil panen hingga limbah ternak, menjadi produk bernilai ekonomi yang meningkatkan pendapatan.

XM Broker

Sesuai dengan namanya yang secara harfiah berarti `inti sari air`, Desa Banyusari di Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, merupakan sebuah wilayah yang kemakmurannya lahir dari kesuburan tanah di tepian Sungai Elo. Lebih dari sekadar desa agraris biasa, Banyusari menampilkan wajah inovasi pedesaan melalui penerapan sistem pertanian terpadu yang menyinergikan budidaya tanaman pangan dengan kegiatan peternakan. Model ini tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga menciptakan siklus ekonomi yang berkelanjutan dan menjadikan Banyusari sebagai salah satu contoh desa mandiri di bidang pangan.

Geografi Kesuburan di Tepian Sungai Elo

Letak geografis menjadi anugerah terbesar bagi Desa Banyusari. Berada di bagian selatan Kecamatan Tegalrejo, sebagian besar wilayahnya merupakan hamparan dataran rendah aluvial yang terbentuk oleh endapan Sungai Elo. Sungai besar ini tidak hanya menjadi batas alamiah desa, tetapi juga sumber kehidupan yang mengairi area persawahan secara konsisten sepanjang tahun, memastikan kesuburan tanah yang luar biasa.Berdasarkan data resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Magelang, Desa Banyusari memiliki luas wilayah 1,93 kilometer persegi. Hampir seluruh lahan di desa ini dimanfaatkan secara produktif sebagai sawah irigasi teknis, menjadikannya salah satu kawasan pertanian paling intensif di kecamatan tersebut. Minimnya lahan non-produktif menunjukkan fokus utama masyarakat dan tata guna lahan yang sepenuhnya diarahkan untuk agrikultur.Secara administratif, Desa Banyusari memiliki batas-batas yang jelas. Di sebelah utara, desa ini berbatasan dengan Desa Soroyudan dan Desa Dlimas. Di sebelah timur, alitan Sungai Elo menjadi batas dengan desa di wilayah Kecamatan Candimulyo. Sementara itu, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Donorojo dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Japan.

Demografi dan Masyarakat Petani-Peternak

Menurut data kependudukan terbaru, Desa Banyusari dihuni oleh 3.551 jiwa, yang terdiri dari 1.789 penduduk laki-laki dan 1.762 penduduk perempuan. Dengan luas wilayah 1,93 kilometer persegi, tingkat kepadatan penduduknya berada di angka sekitar 1.840 jiwa per kilometer persegi.Karakteristik utama masyarakat Banyusari ialah profesinya sebagai petani-peternak. Hampir setiap kepala keluarga yang menggarap sawah juga memiliki usaha sampingan atau bahkan utama di bidang peternakan, terutama ternak sapi potong. Keterkaitan antara dua aktivitas ini begitu erat sehingga membentuk identitas komunal yang unik. Kehidupan sosial diwarnai oleh kerja sama yang solid, terutama dalam wadah kelompok tani dan ternak (gapoktan), yang menjadi motor penggerak inovasi dan penyelesaian masalah bersama di tingkat akar rumput.

Inovasi Pertanian Terpadu sebagai Jantung Ekonomi

Keunggulan utama dan pembeda Desa Banyusari dari desa agraris lainnya ialah penerapan sistem pertanian terpadu (sawah-ternak) secara luas. Model ini menciptakan sebuah siklus simbiosis mutualisme yang sangat efisien. Di satu sisi, lahan persawahan menghasilkan padi sebagai sumber pangan utama dan jerami sebagai pakan berkualitas bagi ternak sapi. Di sisi lain, ternak sapi menghasilkan daging sebagai sumber pendapatan dan kotoran (limbah ternak) yang diolah menjadi pupuk organik untuk menyuburkan kembali lahan sawah.Siklus ini memberikan banyak keuntungan. Pertama, mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia yang mahal dan dapat merusak struktur tanah dalam jangka panjang. Kedua, menekan biaya pakan ternak karena melimpahnya pasokan jerami setelah panen. Ketiga, membuka sumber pendapatan ganda bagi petani, yaitu dari hasil panen padi dan dari penjualan ternak atau daging. Model ini merupakan cerminan dari kearifan masyarakat dalam mengelola sumber daya secara optimal dan berkelanjutan."Sistem ini sudah kami jalankan turun-temurun, namun sekarang lebih terorganisir melalui kelompok tani. Kami tidak membuang apa pun, jerami untuk pakan, kotoran sapi kembali ke sawah. Hasilnya, tanah lebih subur dan pengeluaran lebih hemat," tutur seorang petani setempat. Keberhasilan model ini menjadikan Banyusari sebagai tujuan studi banding bagi banyak kelompok tani dari daerah lain.

Pemerintahan Desa dan Dukungan terhadap Inovasi Agraris

Pemerintah Desa Banyusari memegang peran krusial sebagai fasilitator dan pendukung utama keberlangsungan sistem pertanian terpadu. Kebijakan dan alokasi anggaran desa, terutama yang bersumber dari Dana Desa, secara konsisten diarahkan untuk memperkuat model ekonomi andalan ini. Program pembangunan prioritas meliputi pemeliharaan dan optimalisasi jaringan irigasi, pembangunan jalan usaha tani untuk mempermudah transportasi hasil panen dan ternak, serta dukungan terhadap sarana produksi pascapanen.Selain infrastruktur fisik, pemerintah desa juga aktif berkolaborasi dengan dinas terkait, seperti Dinas Pertanian dan Pangan, untuk mendatangkan penyuluh pertanian dan peternakan. Program-program seperti pelatihan pembuatan pupuk kompos berkualitas tinggi, teknik inseminasi buatan untuk meningkatkan mutu genetik sapi, dan manajemen kesehatan ternak secara rutin diselenggarakan. Dukungan ini memastikan bahwa inovasi di tingkat masyarakat terus berkembang dan didasari oleh ilmu pengetahuan yang modern.

Prospek Cerah dan Tantangan Pertanian Berkelanjutan

Desa Banyusari memiliki prospek yang sangat cerah untuk menjadi pusat keunggulan (center of excellence) bagi pertanian terpadu yang berkelanjutan. Potensi untuk mengembangkan produk turunan, seperti "beras organik Banyusari" atau pupuk kompos kemasan dengan merek dagang sendiri, sangat terbuka lebar. Lebih jauh lagi, desa ini berpotensi menjadi destinasi agrowisata edukasi, di mana pengunjung dapat belajar secara langsung tentang siklus pertanian sawah-ternak yang ramah lingkungan.Namun tantangan juga ada di depan mata. Menjaga kesehatan ternak dalam skala besar memerlukan manajemen yang baik untuk mencegah wabah penyakit. Fluktuasi harga daging di pasaran juga menjadi risiko bisnis yang harus dihadapi para peternak. Tantangan lainnya ialah memastikan keberlanjutan ekosistem Sungai Elo dari potensi pencemaran agar fungsinya sebagai sumber air utama tetap terjaga.Dengan semangat inovasi yang telah terbukti dan dukungan penuh dari pemerintah desa, masyarakat Banyusari optimis dapat mengatasi tantangan tersebut. Desa ini berdiri sebagai bukti bahwa pertanian tradisional yang dipadukan dengan manajemen modern dan semangat kebersamaan mampu menciptakan kemandirian, kesejahteraan, dan keberlanjutan bagi generasi sekarang dan yang akan datang.